Sumenep, 5/9 (Antara/FINROLL News) - Rencana Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) untuk mengembangkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Terbuka pada tahun 2010, mendapat respon positif di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sumenep, Mohammad Rais mengatakan, jikalau diperkenankan, pihaknya siap membuka SMK Terbuka pada tahun 2010.
"SMK Terbuka itu sangat positif. Untuk di Sumenep, kami sudah memiliki modal untuk mengembangkan SMK Terbuka pada tahun 2010, di antaranya tersedianya tenaga pengajar yang berasal dari SMKN 1 Sumenep dan SMKN 1 Kalianget," katanya.
Selain itu, potensi calon peserta didik SMK Terbuka dinilainya cukup tinggi, karena Sekolah Menengah Pertama (SMP) Terbuka di Sumenep memiliki 199 siswa.
"SMK Terbuka itu memberikan kesempatan bagi lulusan SMP Terbuka untuk melanjutkan pendidikannya. Namun, bisa jadi lulusan SMP reguler akan memanfaatkan SMK Terbuka, karena ketika masuk SMK berarti akan memiliki keterampilan khas," katanya.
Apalagi, ketika di SMK Terbuka, seorang peserta didik tidak terikat waktu dan ruang untuk menimba ilmu.
"Di sekolah jenis terbuka, waktu pelaksanaan kegiatan belajar dan mengajar bisa ditetapkan melalui kesepakatan bersama antara guru dan peserta didik. Ini yang membuat sekolah terbuka itu tidak terikat ruang dan waktu," ujarnya.
Namun, kata Rais, salah satu tantangan terberat yang dihadapi SMK Terbuka di Sumenep, jika Depdiknas akan merealisasikan adalah anggapan atau cap orang yang menyatakan SMK adalah sekolah "pinggiran" atau "kelas dua".
"SMK reguler yang memiliki gedung sendiri dan fasilitas lainnya saja, masih dianggap sekolah pinggiran. Apalagi, SMK Terbuka yang nantinya bisa dikatakan tidak memiliki gedung sendiri," katanya menegaskan.
Ia menjelaskan, untuk sementara ini, warga Sumenep masih memandang status Sekolah Menengah Atas (SMA) lebih bergengsi dibandingkan SMK.
"Ini sesuatu yang seharusnya tidak perlu terjadi. Padahal, kalau lulus SMK, lulusannya dipastikan mempunyai program keahlian tersendiri, karena SMK memang diformat untuk mencetak lulusan yang siap kerja," katanya.
Rais menjelaskan, anggapan SMK merupakan sekolah pinggiran menimbulkan kekhawatiran tersendiri terkait dengan rencana pengembangan SMK Terbuka.
"Sekali lagi, kehadiran SMK Terbuka itu sebuah hal positif. Namun, itu tidak akan berguna, jikalau tidak dimanfaatkan oleh masyarakat," katanya.
Ia juga menjelaskan, untuk di Sumenep sendiri, perkembangan dan keberadaan SMK dari tahun ke tahun semakin diakui oleh masyarakat.
"Kami optimistis seiring perjalanan waktu, anggapan SMK sebagai sekolah pinggiran akan terkikis dengan sendirinya. Proses itu semakin cepat, jika lulusan SMK mampu menunjukkan kualitas terbaiknya," katanya menegaskan.
Berbasis lokal
Ketua Musyawarah Kerja Kepala SMK Negeri dan Swasta se-Sumenep, Mochamad Mudjiono menyambut positif rencana penyelenggaraan SMK Terbuka pada tahun 2010.
"Namun, kalau bisa, program keahlian yang ditawarkan SMK Terbuka itu tidak sama dengan SMK yang sudah ada di daerah tersebut," katanya.
Ia menjelaskan, semangat pembentukan SMK adalah mencetak lulusan setara sekolah menengah atas (SMA) yang siap kerja, karena sudah memiliki keterampilan khusus.
"Kalau memang di Sumenep akan terbentuk SMK Terbuka pada tahun 2010, program keahlian yang ditawarkan seharusnya berbasis lokal. Sehingga, nantinya benar-benar bisa menarik calon peserta didik untuk menempuh ilmu di SMK Terbuka tersebut," katanya menambahkan.
Mudjiono juga menjelaskan, saat ini di Sumenep terdapat 13 SMK, dengan rincian 2 SMK negeri dan 11 SMK swasta.
"Dari tahun ke tahun, keberadaan SMK semakin diperhitungkan oleh masyarakat. Ini menunjukkan SMK tidak lagi menjadi sekolah pinggiran," katanya.
Di SMKN 1 Kalianget, kata Mudjiono, dari target semula hanya menerima siswa sebanyak lima kelas pada tahun 2009, ternyata terlampaui menjadi delapan kelas, yakni 304 siswa, karena tingginya minat calon peserta didik.
"SMK adalah sekolah pinggiran, itu hanya anggapan orang yang tidak mengetahui keunggulan SMK," kata Mudjiono yang Kepala SMKN 1 Kalianget ini.
Program keahlian yang ditawarkan 13 SMK di Sumenep, rata-rata manajemen bisnis. Namun, ada pula berbasis teknik sebagaimana yang ditawarkan SMKN 1 Kalianget, yakni teknik pemanfaatan tenaga listrik, teknik konstruksi kayu, teknik gambar bangunan, teknik mekanik otomotif, dan teknik pengolahan hasil perikanan.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sumenep, Nur Asyur mengatakan, pihaknya mendukung Disdik setempat, jika ingin menyelenggarakan SMK Terbuka pada tahun 2010.
"Namun, program keahlian yang ditawarkan SMK Terbuka tersebut, harus beda dibandingkan SMK yang sudah ada. Ini untuk memberikan alternatif bagi calon peserta didik," tuturnya.
Ia yakin, calon peserta didik SMK Terbuka bukan hanya lulusan SMP Terbuka, melainkan juga lulusan SMP reguler.
"SMK itu punya nilai lebih, yakni siswa sudah disiapkan sejak awal untuk bekerja. Ketika lulus, alumni SMK sudah siap kerja," katanya menuturkan
Asyur mengusulkan, program keahlian yang berbasis teknik pengolahan hasil perikanan laut, sebaiknya diperbanyak, karena potensi perikanan di Sumenep sangat melimpah.
"Kalau memang Disdik Sumenep akan menyelenggarakan SMK Terbuka, program keahliannya jangan sampai berbasis manajemen bisnis, karena itu sudah banyak dilakukan SMK lainnya," katanya menegaskan.
di kutip dari FINROLL NEWS
(PK-DYT/C004/B/Z003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar